Senin, 08 Juni 2009

Pahami Isyarat Tanda Peduli Sesama



  
Jumat, 01 Pebruari 2008 

KARIMUN, TRIBUN - Sebagian saudara kita yang kurang beruntung karena tidak bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan normal disebabkan kekurangannya (tunga rungu) perlu mendapat perhatian. 

Caranya, kita harus bisa memahami bahasa isyarat, sedikitnya bahasa isyarat yang paling mendasar.

Upaya untuk terus mencoba memahami bahasa isyarat dikatakan Sudoyo dan Prihono, Staf Pengajar PK PLK SLB (Pendidikan Khusus Pendidikan Layanan Khusus dan Sekolah Luar Biasa) Kartini Batam perlu terus dikampanyekan. Tak sebatas pada guru pengajar yang ada di SLB, tapi juga seluruh elemen masyarakat umum, terutama pada mereka yang bergerak pada bidang pelayanan masyarakat.

 

“Mereka perlu berinteraksi. Bahasa isyarat salah satu medianya. Kita perlu memahami bahasa isyarat ini walau sedikit agar mereka tetap merasa dipedulikan,” ujar keduanya di sela acara pelatihan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang digelar PK PLK Yayasan Pendidikan Budhi Bhakti (YPBB) Karimun, Sabtu (26/1). 

Karena lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang mampu berbahasa isyarat, mengakibatkan pelayanan masyarakat, khususnya bagi yang kekurangan seperti tuna rungu terabaikan. “Seperti pernah ada seorang tuna rungu mengurus paspor dan terkait kasus di kepolisian, terpaksa guru-guru seperti kita yang dipanggil. Ini kan menyedihkan,” terang Sudoyo.

Cara mempelajari bahasa isyarat banyak macamnya. Seperti berbicara dengan tulisan, membaca bibir, memanfaatkan sisa pendengaran, gerak tubuh dan mimik muka dapat dilakukan. Awalnya memang terlihat sulit, namun jika terus dipraktekkan dalam keseharian, bahasa ini mudah dipraktekkan. “Sayangnya kita tidak mau mencoba,” ujarnya.(msa)